Reinaldi Giska Latief, sepupu dari Nochiola Carolina itu kini sibuk bolak-balik mengecek maps alamat rumah Jodi Fardinata di ponselnya. Sembari terus memperhatikan arah maps, dia tak hentinya fokus ke jalan, memutar setir kemudi mobilnya.
Tak lama berselang, dia masuk ke area perumahan di daerah Bintaro Sektor Tujuh untuk acara kumpul bersama anak mama club malam ini. Sibuk melihat ke arah kanan dan kiri, tiba-tiba panggilan masuk dengan kontak bernama, "Haris" muncul di ponselnya kini. Dia angkat panggilan dari saudara iparnya tersebut sambil terus sibuk mencari rumah Jodi dan Keystha.
"Oy, Rei! Dimana sih lo anying?" teriak Haris kencang dari balik panggilannya.
"Masih OTW gua, ini udah masuk kompleknya kok," jawabnya santai sambil terus mengemudi.
"Aduh lo lama banget sih coy, besok senin bangke!" keluh Haris lagi. Reinaldi hanya bisa memutar bola matanya seraya menarik napas.
"SABAR ANJENG! LAGIAN GUE SURUH LO JEMPUT TADI KE RUMAH LO NOLAK, SAT!" Jawaban ketus dari Reinaldi tersebut otomatis menciptakan tawa saja dari Haris.
Dia merasa sangat puas sekali bisa mengganggu sepupu dari Nochiola itu. Di tengah cekikikannya, Reinaldi pun menghentikan laju mobilnya di depan rumah dengan dua mobil yang juga sudah terparkir sempurna di sana. Satu mobil Kijang Innova Zenix dan satunya mobil Toyota Avanza yang tentu sudah familiar di matanya, mobil milik saudara iparnya, Haristio Putra.
Tidak salah lagi, ini adalah rumah dari Jodi, batin Rei mantap berkata dalam hati. Dia pun buru-buru mematikan mesin mobil lalu membawa satu tas kecil berisi dompet dan ponsel miliknya.
Kedatangan Reinaldi itu disambut pertama kali oleh istri dari Jodi. Tak segan dia lempar senyum terbaiknya pada wanita cantik itu kini. Di belakang wanita itu sudah ada anak laki-laki yang berdiri menatap ke arahnya cemberut.
"Malam," sapa Reinaldi canggung.
"Iya malam, Reinaldi ya?" tebak Keytsha duluan ramah.
"Iya, bener."
"Masuk aja, Rei, udah pada kumpul tuh mereka dari tadi di atas." Hal tersebut langsung dibalas anggukan oleh Reinaldi.
Laki-laki itu pun masuk mengikuti Keystha yang kini sudah menggendong jagoannya, Arka. Anak laki-laki itu hanya bisa menyandarkan kepalanya di pundak sang mama. Mata yang sudah mulai memerah efek kantuk itu perlahan mulai tertutup.
"Okay… Sorry, gue panggil lo apa nih?" tanya Reinaldi bingung.
"Oh iya sorry sampe lupa, Keystha," jawab wanita itu lagi ramah.
"Oke-oke, Keystha ya," jawab Rei pula mengangguk tersenyum simpul.
Mereka sama-sama naik ke lantai dua, Keystha pun menuju kamar utama mereka sedangkan Reinaldi menghentikan langkah kakinya, dia terlihat bingung dengan arah gazebo rumah itu berada. Keystha yang baru menyadari kebingungan dari sepupu Nochi itu refleks tertawa.
"Eh sorry hahaha, bingung ya lo? Ke sana Rei! Itu ada tangga di sana. Lo naik aja, itu udah gazebo kita kok di sana," tunjuk Keystha ke arah tangga rooftop mereka.
Reinaldi yang diberi petunjuk tersebut mengangguk, dia pun pamit untuk menuju tangga gazebo kediaman Jodi dan Keystha. Beberapa tangga yang baru saja dia naiki itu sudah mulai terdengar riuh suara ketawa dari Haris dan teman-temannya.
Tangga terakhir yang telah dia naiki kini akhirnya menyambut dia dengan pemandangan malam gazebo yang santai dan hangat. Di sana ada Haris, Jevan dan Jodi yang sedang duduk di kursi sofa gazebo dengan berbagai camilan dan minuman yang sedari tadi disuguhkan.
"Bocah BSD dateng juga, finally guys!" sambut Haris dengan gaya khasnya. Dia tarik badan Reinaldi dengan merangkulnya akrab, membawa laki-laki itu untuk segera duduk berkumpul bersama mereka.
Kedatangan Reinaldi disambut baik juga tentunya oleh Jevan dan Jodi. Senyum ramah dan tawa canda mereka menjadi pembuka topik perbincangan bermula. Bincang-bincang santai soal kesibukan dan kabar masing-masing, belum lagi beberapa selingan humor yang terukir disertai gaya khas Haris yang wajib ada di setiap momen mereka agar suasana juga semakin mencair. Malam hari mereka semakin hangat dengan bonding diantaranya yang juga semakin lekat.
"Lo balik Sydney kapan, Bro?" tanya Jevan pada Reinaldi.
"Rabu, Jev, kelarin urusan di sana dulu, beres-beres apart terus gue move Jakarta for good sih," jawab Reinaldi, gayanya yang santai, setelan celana jeans dengan baju kaos putih itu menjadi pilihan outfit-nya berkumpul bertemu anak mama club saat ini.
"Lo tu emang udah lama ya stay di sana, Rei?" Jodi yang sedari tadi memperhatikan teman-temannya berinteraksi dengan Reinaldi mulai membuka obrolan pula.
"Jalan delapan tahun, Jod hahaha"
"Wah udah lama juga anjir!"
"Dari kuliah coy dia di sana," tambah Haris dengan mulut yang sedari tadi sibuk mengunyah. Pernyataannya tersebut dibalas anggukan setuju oleh Reinaldi.
"Kuliah di?" Jevan semakin penasaran lagi mengulik tentang teman baru mereka tersebut.
"Monash Uni, Melbourne, gue ambil business, empat tahun stay di sana," jelasnya lagi menambahkan fakta baru tentang dirinya.
"Oh empat tahun di Melbourne, sisanya stay di Sydney?" tanya Jodi kembali.
"Yap, setelah lulus gue ambil program culinary arts, advanced diploma of hospitality management and commercial cookery selesai dua tahun di LCB, Sydney."
Reinaldi kini menjelaskan riwayat pendidikan dia dulu di Australia yang membuat para anak mama club itu terbelalak kaget. Mereka hanya bisa terdiam mendengar Reinaldi menjelaskan hal tersebut.
"LCB? Coy? Serius lo?" tanya Jevan yang kaget, badan Papa anak satu itu kini tidak sadar sudah dia putar mendekat ke arah Reinaldi meminta penjelasan.
"Iya, Jev hahaha, kenapa lo?" Reinaldi hanya bisa tertawa canggung melihat ekspresi Jevan dan Jodi di hadapannya. Haris yang sudah mengetahui dari lama tentang saudara iparnya itu hanya bisa tertawa dengan gaya tengilnya.
"Biasa aja keles hoi, muke lu berdua cengo aje kayak kambing, men!" Lemparan kulit kacang dari Haris ke arah muka Jevan dan Jodi kini menyadarkan mereka. Tawa dari Haris dan Reinaldi kini jadi balasan yang pas melihat ekspresi dua orang Papa muda di hadapan mereka.
"Nggak-nggak gitu, maksud gue, LCB yang… bentar-bentar, ini LCB maksud lo Le Cordon Bleu, nih, Rei? Sekolah culinary arts Perancis itu?" tanya Jodi memastikan lagi.
Hal itu sontak dibalas anggukan saja oleh Reinaldi. Jevan dan Jodi, dua orang yang memiliki hubungan erat dengan kota Paris itu kini saling melempar pandangan. Mereka refleks bertepuk tangan sambil menggelengkan kepala.
Jevan langsung berdiri kemudian membentangkan kedua tangannya pada Reinaldi. Dia ajak laki-laki itu untuk selebrasi 'bro hug' khas mereka berempat selama ini. Hal tersebut diikuti juga oleh Jodi yang tak lupa melakukan hal yang sama.
Rei yang justru kini kebingungan dengan tingkah Jevan dan Jodi yang ditujukan padanya. Sementara, Haris masih saja terduduk di sofa gazebo keluarga Fardinata, dia tertawa menggelengkan kepala melihat tingkah aneh dari dua temannya.
"Gue bilang juga apa coy, seaneh-anehnya gua temenan sama lo selama ini. Masih aneh dua curut ini, Rei!" gelak tawa dari Haris tersebut justu dihadiahi dorongan kepala dari Jevan dan Jodi kepadanya.
"Wei pala manusia ini, anying! Main toyor aje lu berdua!" sahut Haris pada Jevan dan Jodi.
Kini topik tentang Reinaldi makin seru saja untuk diulik oleh mereka. Le Cordon Bleu, sebuah sekolah kuliner yang memang berpusat di kota Paris itu sudah berdiri sejak lama. Sekolah yang memang mengajarkan kepada murid-muridnya tentang makanan khas dari setiap negara dan cara kerja dapur di restoran dari seluruh dunia. Mereka yang lulus dari Le Cordon Bleu dipastikan sudah siap untuk bekerja dengan baik di industri makanan tentunya.
"Emang kenapa Jev, Jod? Kayaknya lo berdua kaget banget," tanya Reinaldi penasaran.
"Abang gue kerja di KBRI Paris, Rei. Gue sama bini gue, Wilona, dulu kita juga honeymoon di Paris. Abang gue, Jeffry udah lima tahun lebih stay di Paris semenjak dia nikah sampe sekarang udah punya anak. Dari dulu kita sekeluarga sering bolak-balik buat liat dia juga. Gue kaget aja sih, soalnya itu termasuk sekolah bagus, gue tahu," ucap Jevan menjelaskan tentang dia dan keluarganya.
"I see, iya bener pusatnya LCB emang di Paris, Jev. Gue ambil yang gampangnya aja sih, hahaha. Ambil program lanjutan yang di Sydney biar nggak ribet banget pindah-pindah, penyesuaian culture ini itu segala macem lagi, lagian kalau di Sydney kan deket juga, hahaha" ujarnya lagi menambahkan.
"Kalau lo, Jod?" Reinaldi juga penasaran dengan alasan dari excited-nya seorang Jodi tadi.
"Kerja di kedutaan Paris yang di Jakarta dia," sambar Haris langsung tiba-tiba memotong.
"Right! That's it!" tunjuk Jodi menyetujui pernyataan Haris.
"Wah, pantes aja, kayaknya seru nih kita kalau next time hangout bareng ya gak?" ucap Reinaldi pada mereka.
"Sabi bangetlah itu, atur aja, Bro!" seru Jodi kini.
"Kita sebenarnya ada satu orang lagi, temen dekat juga Rei, namanya Marcel, dia stay di Vancouver semenjak lulus kuliah. Rumahnya di Pejaten sini sebenernya kalau di Jakarta. Punya family business, F&B juga, nyokap dia yang manage. Udah lumayan gede sekarang skalanya, ya nggak, Bro?" ucap Jevan pada Jodi dan Haris, dia kini mulai memperkenalkan Marcel kepada Reinaldi.
"Oh, di sana dia kerja atau gimana?"
"Blasteran cok, bule dia. Emang canadian, setelah lulus kuliah di Jakarta bareng kita, pindah ke sana, nikah sama temen kita juga, temen Nochi juga, man. Jadi, sekarang ya hidupnya di sana mereka," ucap Haris menjelaskan pada Reinaldi.
"Alah lo kelamaan ngejelasinnya, Pak! Sepupu si Haris sama Nochi itu si Marcel sekarang, sodaraan mereka, sodara ketemu gede, Rei!" tawa pecah dari Jodi kini diikuti pula oleh Jevan.
"Serius lo, nyet?" tanya Reinaldi tak percaya, mendengar fakta tersebut dia semakin penasaran dan kini terus mengulik dari Haris.
"Iye, bokap gue nih, Jonathan Richard Collin ya kan…" ucapnya menjelaskan pada Reinaldi sekarang. Laki-laki itu mulai memperhatikan kata-kata Haris, menyimak dengan seksama.
"Oke?" respon Reinaldi cepat sambil mengangguk mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Haris.
"Nyokap si Marcel, Sherafina Collin." Jawaban dari Haris itu membuat Reinaldi kaget, mulut yang terbuka itu kini refleks dia tutup, mata yang terbelalak itu kini justru menciptakan tawa riuh dari Jevan dan Jodi.
Hal yang persis sama seperti memori beberapa tahun lalu. Memori disaat pertama kali mereka tahu kalau Jonath adalah paman dari teman mereka, Marcelino Abigail. Ekspresi lucu yang sangat kaget dari Reinaldi sekarang persis seperti Jevan, Jodi dan Haris dulu saat mengetahui tentang fakta itu pertama kali.
"Wah gila, Nochi kok nggak pernah cerita ke gua ya, Ris?" ucapan Reinaldi itu langsung dibalas alis yang mengerut dan ekspresi kecut oleh laki-laki itu.
"Buat apaan coy?" jawab Haris.
"Sherafina Collin, coy, gue kasih tahu sekali lagi ini SHE-RA-FI-NA Collin. Ini The Collin's man!!! Aduh nggak ngerti nih, orang," ucap Reinaldi emosi di hadapan Haris.
Melihat dua orang saudara itu saling beradu argumen sekarang menjadi tontonan yang sangat sayang untuk dilewatkan, pikir Jodi dan Jevan. Mereka semakin tertawa terbahak-bahak saja melihat ekspresi tengil dan bingung dari Haris dipadukan dengan ekspresi kesal dan penuh amarah dari Reinaldi.
"Iye-iye tau gua, terus kenapa hah?" tanya Haris santai, dia tidak mengerti maksud dari Reinaldi.
"Man? Bisnis dia di culinary itu termasuk yang paling gede di Indo. Udah termasuk skala sukses untuk ukuran family business anjir. Wah gila kalau tau gini, dari dulu gue balik Indo. Si Nochi nggak ada ngobrolnya banget sama gua sih ini. Payah emang lo berdua!" ucap Reinaldi berkali-kali dengan Haris.
Dia yang hanya keheranan dengan saudara iparnya itu memilih tidak mengubris omongannya. Haris malah mengambil beberapa kacang di hadapannya sambil terus memisahkan dari kulitnya satu persatu.
"Si anjing malah ngupas kacang! Definisi dikacangin beneran ini gua, Jev, Jod!" teriaknya langsung mendorong badan Haris. Hal itu sontak membuat Jevan dan Jodi tertawa saja dengan tingkah mereka.
Di sela-sela obrolan mereka yang makin seru tersebut, Jodi mengecek ponselnya sebentar. Dia tertawa membaca semua chat di grup bapak-bapak di sana. Saling update kegiatan masing-masing ditambah saling lempar stiker sana-sini. Melihat temannya itu tertawa, Jevan pun heran, dia lirik ke arah ponsel Jodi dan membaca apa yang ada di sana.
"Grup Bapak-Bapak, Jod?"
"Iye hahaha pada heboh banget ini, kita nggak ada yang nyaut lagi satupun, Man," balas Jodi terus membaca chat-chat di sana.
"Apaan Jev, Jod?" tanya Haris.
"Grup bapak-bapak pada spam," Haris yang mendengar hal tersebut langsung ikut mengecek ponselnya pula.
"Oh iya deng, hahahaha apaan dah ini mertua lo berdua saling lempar sticker. Persis kayak grup komplek gue anying yang isinya bareng Pak RT, hahaha," ucap Haris heboh di sela-sela tawanya. Dia tunjukkan hal tersebut pada Reinaldi pula. Mereka pun menertawakan semua tingkah para bapak-bapak di sana.
"Gigi sakit ya, Pak?" tanya Jodi tiba-tiba.
Pertanyaan tersebut sontak membuat jantung Haris berdetak lebih kencang. Dia langsung buru-buru menunjukkan skill akting yang tidak seberapa itu di hadapan teman-temannya.
"Iye, gak enak badan, udah beberapa hari yang lalu sih kata si bule," ucap Haris berusaha santai.
"Pantesan si Marcel kayaknya ribet banget dah akhir-akhir ini, jarang nimbrung," ujar Jevan memberi penilaian.
"Hooh, men, makanya, ya gitulah."
*Uhuk-uhuk*
"Astaga seret dah gua, minum mane sih minum, men?" ucap Haris yang kini sudah terbatuk-batuk, dia sibuk mencari minum di sekitar meja sekarang.
Berusaha keras Haris menyembunyikan semua yang dia tahu soal Marcel dan Gigi di hadapan teman-temannya sekarang. Kini di sela-sela minumnya, dia juga memutar otak untuk memikirkan pengalihan topik jenis apa yang bisa membuat mereka tidak membahas mengenai Marcel dan Gigi lagi. Kini dia hanya berharap tingkah tidak biasa dia di hadapan Jevan dan Jodi tidak mengundang pertanyaan baru lagi tentang mereka.
"Gue balik ya, Man? Udah jam berapa ini, besok senin, kerja coy. Bini gue udah berkicau nih nge-chat mulu dari tadi," ucap Haris pada mereka.
"Lah, kok tiba-tiba dah lu, Pak? Ntaran lah santai, bentar lagi. Beliin makanan aja ntar itu bini lo, aman," bujuk Jevan pada Haris sekarang.
"Aduh nggak bisa, Jev, sorry man, urgent ini namanya. Nggak ada penolakan, gue cabut ya, coy? Pamit ye! Yoooo… duluan gua! Sampai ketemu lagi kita!" ujar Haris langsung pamit pada Jevan, Jodi dan Reinaldi.
Dia ambil tas kecil berisi dompet, HP, rokok dan kunci mobil di sofa lalu buru-buru turun ke bawah. Hal tersebut hanya direspon kerutan saja di alis Jodi dan Jevan. Mereka pun saling melempar pandangan pada Reinaldi seolah bertanya sesuatu tentang temannya, Haris. Berharap mendapat jawaban tentang tingkah aneh saudara iparnya itu.
"What?" tanya Reinaldi bingung.
"Sodara lo aneh," ucap Jodi.
"Asli," tambah Jevan menyetujui.
"Dari dulu anjir," jawab Reinaldi yang sontak langsung dibalas tawa saja oleh mereka berdua.
Haris yang kini sudah keluar dari rumah Jodi, masuk ke mobil lalu menutup pintu mobilnya. Dia buang tarikan napas yang sedari tadi tertahan dan tercekat di tenggorokannya.
"Haaaaaah, hampir aja bule-bule. Nyimpen rahasia lo rasanya kayak bertaruh nyawa aja gua anjir!" gerutunya berkali-kali, dia nyalakan mesin mobilnya kemudian pergi dari agenda pertemuan mereka.
Entah bagaimana nanti di ujungnya, hal yang hanya Haris tahu sekarang, dia mencoba sekuat tenaga untuk tetap menjaga apapun yang dirahasiakan di antara mereka. Jika dengan begitu memang membuat sepupunya itu merasa terjaga, maka dia akan berkorban untuk melakukannya pula.
Jika privasi adalah prinsip utama yang Marcel dan Gigi emban, maka dengan kekuatannya dan Nochi pula, mereka sama-sama berusaha untuk saling dukung dan menghargai setiap jengkal keputusan. Hal yang selama ini selalu mereka coba kuat untuk pertahankan, merupakan sebuah misi demi terciptanya keselarasan yang mumpuni antara keluarga dan juga persahabatan.