They’ll Keep their Daisy Together
Jam tangan yang laki-laki itu lirik di tangan kirinya kini sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Setelah seharian dipadati dengan jadwal pekerjaan, tentunya sudah layak untuk seorang Papa anak satu itu kini mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Mobil Jodi sekarang sudah terparkir sempurna di kawasan komplek Puri, di kediaman sang mertua.
Dia ambil semua perlengkapan yang dibawa sebelum keluar dari mobilnya. Agenda menginap seperti ini sebenarnya jarang dilakukan keluarga mereka, hanya karena beberapa kondisi saja yang membuat mereka akhirnya memutuskan untuk menginap, entah itu kesibukan dari Jodi ataupun dari Keystha sehari-hari, yang memang sulit diprediksi.
"Heh heh! Ka, Ka, liat itu siapa yang balek!" ucap Mami Meilin menyadarkan si cucu yang berusia empat tahun itu. Arka yang sedari tadi sibuk merengek pada Keenan langsung otomatis melihat ke arah Jodi, rengekannya pun terhenti, dia hanya bisa diam, bermuka masam di hadapan Keenan berkali-kali.
Muka cemberut anak laki-laki itu semakin digoda saja oleh adik dari Keystha, senyum puas di raut wajahnya tercipta melihat Arka yang sudah tidak bergeming lagi.
"Hayoloh! Aku bilangin Papa mu loh, biarin aja, kamu gangguin aku dari tadi, hayo!" goda Keenan sembari terus sibuk dengan handphone di tangannya.
"Aku mau ipad-nya!" teriak Arka. Air mata anak itu masih belum kering di wajahnya, namun lagi-lagi permintaan yang dia inginkan sebelumnya keluar lagi tanpa diminta.
Mendengar rengekan si jagoannya itu, Jodi yang lagi membereskan barang-barang bawaannya langsung otomatis merespon, "Kok gitu ngomongnya, Ka? Mintanya yang baik dong, Nak."
Mendengar perintah Papanya itu, Arka langsung otomatis melipat kedua tangannya cemberut.
"Ipad apa sih? Tuh liat! Aku gak pegang ipad loh. Mana hayo ipad-nya? Ini kan handphone aku bukan ipad," jelas Keenan. Dia menunjukkan ponsel yang sedari tadi dia genggam pada Arka.
Posisi awal dirinya yang masih berbaring, berganti menjadi duduk lalu sekarang sudah berdiri demi menunjukkan pada keponakannya itu, bahwa ipad yang dia minta memang tidak ada dengan dirinya sekarang. Arka memang sudah begitu, jika dia melihat Keenan sedang sibuk dengan ipad di tangannya, dia otomatis berusaha mendapatkan barang tersebut saat itu juga. Anak laki-laki Jodi Keystha itu tahu bahwa banyak games menarik yang bisa dimainkan dari benda tersebut.
"Tadi aku liat Keni pegang ipad-nya! Di mana ipad-nya Keni? Aku mau pinjem!" Teriakan Arka yang masih saja ngotot tersebut membuat Keenan hanya bisa menghela napasnya, dia tidak habis pikir dengan tingkah anak empat tahun di hadapannya sekarang.
Rengekan Arka itulah yang kadang membuat Keenan sulit mengontrol dirinya. Dibanding harus mengurus Arka terus-terusan, Keenan mengaku lebih merasa nyaman untuk membaca banyak literatur perkuliahan saja di kamar seharian.
Mami Meilin yang mendengar semua drama anak bungsu dan cucunya itu akhirnya keluar juga dari dapur. Drama adu mulut seperti ini memang bukan hal baru bagi dirinya, sudah jadi alarm alami untuk keluarga mereka. Dia lihat menantunya yang baru tiba itu seketika datang mendekati lalu menyalaminya, "Mi," sapa Jodi duluan membungkuk dengan sopan.
"Hooh yaaa, kamu lembur toh, Jod?" tanya Mami Meilin balik.
"Iya, Mi, ada festival budaya gitu di kantor."
Berjalan gontai menuju dapur rumah mertuanya, Jodi mengambil cangkir lalu membasahkan kerongkongannya. Melihat menantunya tersebut langsung menuju dapur, Mami Meilin ikut menyusul dia pula, "Kamu wes makan ta?" Hal tersebut hanya dibalas gelengan dari Jodi sambil terus meneguk air minumnya.
"Oh yowes, makan malem dulu kalo gitu, Aku udah masak banyak ini, Jod," perintah Mami Meilin yang langsung membuka tudung saji di meja makan mereka.
"Ntar aja deh, Mi, nggak apa-apa biar aku siapin sendiri aja nanti. Aku pengen ke kamar dulu bersih-bersih ya. Keystha di mana, Mi?"
"Habis dinner, dia masok kamar, baru balek juga itu jam delapan tadi nyampe," jelas Mami Meilin.
"Papi mana? Kok nggak keliatan?" Mata Jodi melihat sekeliling rumah mencari keberadaan mertuanya tersebut.
"Papi mu tapping sampe subuh katanya," jawab Mami Meilin santai sambil terus mengunyah kerupuk yang baru saja dia ambil dari toples.
"Tapping?"
"Hooh, dijemput sama mobil kantor, aku gak izinin dia nyetir subuh-subuh, orang ngantukan gitu kok," Jawaban Mami Meilin itu hanya dihadiahi eyes smiles oleh Jodi.
Kembali lagi ke ruang keluarga, dilihatnya Keenan dengan ekspresi kecut, menyandarkan badannya malas di sofa panjang. Si jagoan yang sebelumnya merengek ternyata sudah duduk diam dengan benda di tangannya, dia sudah tenang karena berhasil mendapatkan tujuannya. Ipad yang sedari tadi dia inginkan sudah ada di genggamannya. Jodi yang melihat hal tersebut hanya bisa menarik napas panjang.
Keenan langsung buru-buru memberi kode pada Jodi memberi isyarat, "Mas, tolong dong, ipad aku!" bisik Keenan sambil menunjuk ipad-nya, dia membelakangi keponakannya yang sedang asik itu.
Berhasil menangkap kode yang diberikan Keenan, Jodi langsung mendekati anak laki-lakinya itu. Dia duduk di samping Arka sambil melihat tangan mungil anaknya yang lincah memainkan games di ipad tersebut.
"Ehem, Wah! Seru banget ya, Ka!"
"Iya," jawab si jagoan singkat, matanya hanya fokus pada games yang ada di ipad tersebut.
"Arka emang nggak ngantuk? Udah jam sembilan malem loh ini, Nak," ucap Jodi membujuk anak laki-lakinya itu lagi.
"Nggak, aku bobo siang." Jawabannya itu membuat Jodi melihat ke arah Keenan seolah meminta konfirmasi mengenai kebenaran informasi yang dia dengar dari anaknya. Keenan hanya bisa mengangguk pada Jodi setelah mendengar jawaban keponakannya tersebut.
Melihat anaknya yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, Jodi langsung berdiri dari sofa, dia mulai melancarkan ide di kepalanya. Kemampuan akting yang standar itu kini terlihat jelas, Jodi pura-pura mengantuk, dia menguap berkali-kali.
Keenan yang melihat aksi kakak iparnya itu hanya bisa menggelengkan kepala, sedangkan Mami Meilin kini sudah ikut pindah ke ruang keluarga, sudah menguasai remote televisi. Dia masih tetap fokus dengan sinetron kesukaannya, tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Mulut dia yang masih terus mengunyah, setelan daster serta kacamata yang dia kenakan itu menjadi ciri khas dari Mami Meilin sehari-hari.
"Heh! Nyamber ae kamu nih, tanganmu itu loh! Kotor tau gak!" seru Mami Meilin sesaat Keenan mengambil camilan di toples yang sedang dipeluk oleh Maminya. Keenan hanya bisa tertawa dengan reaksi dari Mami.
Seperti layaknya anak bungsu pada umumnya, Keenan juga sama. Dia sebenarnya jail, hanya saja sikap dia yang lebih dingin di luar membuat orang-orang tidak banyak yang tahu sisi dia yang usil tersebut. Hanya beberapa orang terdekat serta keluarga saja yang tahu bagaimana Keenan sebenarnya.
"Hoaaamm! Papa ngantuk banget nih, Ka. Papa bobo duluan ya?" Kalimat Jodi itu masih tidak mendapat respon apa-apa dari Arka. Dia masih sibuk dengan games di ipad Keenan tersebut. Merasa tidak mendapat respon apapun dari jagoannya, Jodi pun berjalan meninggalkan Arka di ruang keluarga.
Sembari terus berjalan pelan, Jodi melancarkan aksinya, "Malam ini Papa yang bobo sama Mama ya, Ka. Maaf ya, Papa peluk Mama duluan ya, daaa!" ucap Jodi usil sambil terus berlalu.
Hal itu sontak membuat Arka yang tadinya hanya menunduk fokus pada games, tiba-tiba tersadar. Dia pun mulai merengek dan berusaha menghentikan Jodi.
"Aaaaa Papa! Gak boleh! Aku yang bobo sama Mama!" Teriakan anaknya tersebut tidak dihiraukan oleh Jodi, dia terus saja berjalan menuju lantai dua kamar mereka.
Melihat Papanya yang tidak menanggapi teriakannya itu, Arka pun langsung bergerak cepat mengejar Jodi dengan menenteng ipad Keenan di tangannya.
"Hei itu ipad Keni jangan dibawa hei! Ealah bocil! Mas! Ipad aku itu loh!" Teriakan Keenan tersebut tidak ada berefek apapun. Kini ipad dia akhirnya dibawa oleh keponakannya masuk ke kamar mereka di lantai dua. Keenan berdecak kesal dengan hal tersebut. Dia pun memutuskan pergi menuju kamarnya cepat.
Mami Meilin yang baru sadar dengan apa yang terjadi langsung memanggil anak bungsunya, "Ken, mau kemana kamu?"
"Kamar"
"Eh eh Ken! Sek toh, Sini dulu kamu!" Panggil Mami Meilin lagi, anak bungsunya itu pun kembali lagi duduk di sofa di samping Maminya.
"Apa?"
"Temenin aku nonton dulu yooo," rayu Mami Meilin sambil terus tersenyum.
"Apaan tontonan Mami sinetron gak jelas, orang selingkuh mulu, males aku." Keenan langsung mengambil posisi berbaring di sofa tepat di samping Mami Meilin sambil terus mengatur posisi terbaiknya.
"Kamu tuh ya Ken, jadi anak senengnya komen ae, tahu gak kamu, kesenangan orang kan bedo-bedo," tambah Mami Meilin lagi penuh penekanan.
"Iya-iya, aku temenin, Mami nonton aja sana," balas Keenan lagi sambil terus memainkan handphone-nya.
"Jengkel aku!"
"Haaaah." Satu tarikan napas dari Keenan itu menjadi penutup hiruk pikuknya malam hari di kediaman Danudirga Tan Patria.
Kalau kata Papi, Keystha dan Keenan, jika diibaratkan sebuah pohon, Papi adalah akar dari keluarga mereka, dia yang kuat hadir menopang semua. Dia yang jadi pondasi keluarga untuk bisa tetap tumbuh berkembang bersama. Sedangkan Keystha dan Keenan layaknya buah, hasil akhir yang diharapkan bisa memberi banyak manfaat pada sekitar. Maka kemudian, Mami Meilin diibaratkan sebagai bunga untuk keluarga Tan Patria. Dia cantik, unik dan memiliki daya tarik sendiri.
Layaknya siklus sebelum munculnya buah, mekarnya Mami Meilin lah yang menjadi alasan Keystha dan Keenan bisa ada bermanfaat untuk dunia.
Bagi mereka, Mami adalah perwujudan sejati dari bunga daisy, dia memang tidak sempurna, dia cukup sederhana. Dia memang bukan super Mama, tapi dia selalu berani menunjukkan jati diri dia apa adanya. Layaknya daisy, Mami Meilin akan selalu jadi simbol kecantikan di tengah-tengah rumput liar.
She is authentic just the way she is and they found it’s awesome. She is a gift from God, so they will keep their daisy together for a very long time.